Selasa, 05 November 2013

MUSIK LATAR DAN KONSENTRASI BELAJAR



Dheny Kusdyantoro, S.Pd., M.Pd.

PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang
Secara psikologis belajar merupakan proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Slameto, 2003). Kegiatan atau tingkah laku belajar terdiri dari kegiatan psikhis dan fisis yang saling bekerjasama secara terpadu dan komprehensif integral. 
Suryabrata (1963), menjelaskan bahwa belajar mengandung tiga persoalan pokok, yaitu: (1) persoalan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi belajar; (2) persoalan mengenai proses, yaitu persoalan bagaimana belajar itu berlangsung dan prinsip- prinsip apa yang mempengaruhi proses belajar itu (Psikologi Belajar); dan (3) persoalan mengenai hasil belajar. 
Sedangkan pembelajaran adalah bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain agar terjadi proses belajar (C. Asri Budingsih, 2004). Jadi konsep pembelajaran merupakan proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu.
Hasil belajar tergantung pada proses belajar, belajar dalam kondisi yang nyaman dan menyenangkan menurut hasil penelitian terbukti dapat meningkatkan hasil belajar.  Menciptakan lingkungan belajar pada waktu yang tepat adalah salah satu cara menerapkan prinsip-prinsip psikologi belajar, sehingga pembelajaran diharapkan berlangsung sesuai yang diharapkan.
Dalam pengamatan penulis sebagai guru bidang studi IPA ditemukan beberapa masalah dalam proses belajar misalnya kurang bergairahnya peserta didik jika belajar pada jam terakhir, hal ini dapat dikenali dengan fenomena dan gejala-gejala yang muncul misalnya:
a.        Peserta didik sering permisi ke luar kelas;
b.        Peserta didik mengantuk;
c.        Peserta didik merasa jenuh dan kelelahan dalam belajar;
d.        Peserta didik kurang konsentrasi dalam pembelajaran;
e.        Dll

B.          Urgensi Masalah
Menurut penulis masalah diatas sangat penting untuk dibahas karena IPA sebagai salah satu mata pelajaran pokok yang masuk dalam kategori UN (Ujian Nasional) perlu mendapat perhatian khusus, selain itu IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang di anggap sulit oleh siswa, karena untuk memahaminya diperlukan keseriusan berfikir (konsentrasi) yang tinggi. Oleh karena itu, efektif tidaknya materi IPA diterima oleh siswa juga dipengaruhi waktu pembelajaran IPA di sekolah.  Pembelajaran IPA di sekolah yang dilakukan pada pagi hari tentu saja akan mudah diserap siswa, karena pikiran siswa masih fresh dan belum jenuh.  Sebaliknya jika kegiatan pembelajaran IPA dilaksanakan pada siang hari kemungkinan besar materi yang dapat diserap siswa lebih sedikit, karena jasmani maupun rohani siswa sudah lelah dan jenuh. Dalam makalah ini penulis tidak membahas waktu yang tepat dalam pembelajaran IPA, namun penulis mecoba membahas tentang bagaimana caranya pembelajaran IPA yang dilaksanakan pada jam terakhir bisa nyaman dan menyenangkan.

C.          Dampak Masalah
Dikwatirkan jika masalah ini tidak dibahas dan dicarikan solusi maka akan berdampak pada hasil belajar IPA di sekolah, dan pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat keberhasilan dan kelulusan siswa dalam menghadapi ujian nasional (UN).

TINJAUAN PUSTAKA

A.         Konsep Teori
Rekayasa psikologis menata lingkungan belajar yang tepat salah satunya adalah memberikan iringan musik dalam proses pembelajaran. Dalam teori Quantum Learning sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, beberapa teknik yang dapat digunakan untuk memberikan sugesti positif adalah memasang musik latar di dalam kelas (Deporter dan Hernacki 2000: 14).
Dalam proses belajar mengajar agar proses belajar tersebut bisa berjalan dengan baik harus ada keseimbangan antara otak kanan dan otak kiri, apa lagi untuk materi yang membutuhkan konsentrasi tinggi dan waktu pembelajaran di jam-jam terakhir sekolah, musik dapat menyeimbangkan fungsi otak kanan dan otak kiri.
“Teori menyatakan bahwa dalam situasi otak kiri sedang bekerja, seperti memperhatikan materi baru musik akan membangkitkan reaksi otak kanan yang intuitif dan kreatif, otak kanan yang cenderung terganggu dalam proses belajar mengajar merupakan penyebab mengapa kita kadang-kadang melamun dan memperhatikan pemandangan ketika kita berniat konsentrasi. Memasang musik adalah cara efektif untuk menyibukkan otak kanan kita ketika sedang berkonsentrasi pada aktifitas otak kiri“ (Deporter dan Hernacki 2000: 74).
Jadi dapat disimpulkan bahwa mengapa musik baik digunakan dalam proses belajar mengajar alasannya adalah karena musik merupakan salah satu makanan penting dari otak kanan. Penggunaan otak yang tidak seimbang ini akan menimbulkan kelelahan, kejenuhan, kurang pede dan kurang mampu mengendalikan emosi, hal ini sangat sering terjadi pada peserta didik, apalagi di jam-jam terakhir pembelajaran sekolah.  
Dalam buku Born to be a genius (Adi W. Gunawan 2004: 178) menjelaskan proses belajar memerlukan kondisi fisik, mental dan emosional yang mendukung information-intake (memasukkan informasi ke dalam otak). Kondisi optimal untuk information-intake adalah saat seseorang berada dalam kondisi Alfa. Kondisi alfa adalah suatu kondisi di mana getaran gelombang otak manusia berada pada kisaran 8-12 Hz. Kondisi alfa optimal adalah pada frekuensi 10,5 Hz. Salah satu cara untuk bisa masuk ke dalam kondisi alfa ini adalah mendengarkan musik.
Jenis musik yang boleh digunakan dalam proses belajar mengajar menurut (Adi W. Gunawan 2004: 179) adalah: (1) musik instrumen dengan tempo 55-70 bit per-menit: (2) musik instrumennya sebaiknya murni dari lagu instrumental. Jangan menggunakan musik instrument yang berasal dari lagu; dan (3) untuk mudahnya gunakan musik klasik dari zaman Baroque. 
Hal senada dikemukakan oleh “Dr. Lozanov bahwa musik yang paling baik menurut penemuannya adalah musik barok seperti Bach, Handel, Pachelbel dan Vivaldi. Para komposer ini menggunakan ketukan yang sangat khas dan pola-pola yang secara otomatis menyingkronkan tubuh dan pikiran kita.  Misalnya, kebanyakan musik barok mempunyai tempo enam puluh ketukan per-menit, yang sama dengan detak jantung rata-rata dalam keadaan normal” (Deporter dan Hernacki, 2000: 72).
Jadi dapat di simpulkan bahwa dengan menggunakan musik dalam proses belajar mengajar dapat menyingkronkan tubuh dan pikiran sehingga akan menimbulkan perasaan nyaman dan rileks dalam proses belajar mengajar.
Carin dan Sund (1993) mendefinisikan IPA  sebagai  “pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal) dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”.
Dengan belajar IPA, secara psikologis, peserta didik digiring berpikir secara luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan-hubungan konseptual yang disajikan guru. Selanjutnya, peserta didik akan terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh, menyeluruh, sistemik dan analitik. Dengan demikian, pembelajaran ini menuntun kemampuan belajar peserta didik lebih baik, baik dalam aspek intelegensi maupun kreativitas (Balitbang Depdiknas). 
Dalam belajar IPA guru perlu melakukan berbagai variasi metode belajar serta inovasi proses belajar supaya peserta didik tidak merasa bosan bahkan bisa merasa nyaman dan menyenangkan, apalagi jika waktu pembelajarannya di jam-jam terakhir pelajaran.

B.          Hasil Artikel dan Penelitian Yang Relevan
Setelah penulis membaca beberapa artikel dan karya ilmiah, penulis menemukan beberapa yang relevan dengan makalah yang sedang diamati. Pertama, artikel yang dibuat oleh Witri Yuliani dengan judul “Pemanfaatan Musik dalam Proses Belajar Mengajar”. Dari hasil pembahasan diketahui bahwa dengan pemanfaatan musik yang tepat dapat memberikan hasil yang lebih baik bagi pembelajaran.
Kedua, artikel yang dibuat oleh Kurnia Sinta dengan judul “Belajar Asyik dengan Musik”. Dari hasil pembahasan diketahui bahwa proses pembelajaran menjadi menyenangkan dan tidak membosankan jika memanfaatkan musik.
Ketiga, Moh. Masnun dan Sudarman dengan judul penelitian Pengaruh Penggunaan Media Musik Terhadap Minat Belajar Siswa pada Bidang Studi Matematika”. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa hasil deskripsi data menyatakan bahwa penggunaan media musik dalam pembelajaran matematika mengarahkan siswa agar termotivasi dalam belajar.

GAGASAN PENULIS

Salah satu faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah faktor fisiologis dan psikologis. Faktor fisiologis adalah yang berhubungan dengan kondisi fisik peserta didik, misalnya: Keadaan jasmani, Keadaan jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal.  Oleh karena itu keadaan jasmani sangat mempengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha/ istilah penulis adalah rekayasa psikologis untuk menjaga kesehatan tersebut.
Salah satu faktor psikologis yang mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah motivasi peserta didik, motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Banyak para ahli yang sudah mengemukakan pengertian motivasi dengan berbagai sudut pandang mereka masing-masing, namun intinya sama, yakni sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu.
Guru IPA atau guru bidang studi lain yang mengajar pada jam-jam terakhir pembelajaran/ siang hari biasanya banyak menemukan berbagai masalah yang berkaitan dengan faktor-faktor fisiologis dan psikologis yang dikemukakan diatas, tentunya hal ini akan menganggu proses pembelajaran dan bermuara pada hasil belajar yang tidak memuaskan.
Guru yang mengajar di jam-jam terakhir pembelajaran/ siang hari memang memerlukan energi lebih besar dibandingkan yang mengajar pagi. Hal ini karena secara fisiologis dan psikologis daya konsentrasi siswa di siang hari menurun, belum lagi kalau suasana kelas tidak didukung oleh pencahayaan dan ventilasi udara yang memadai. Bisa jadi kondisi fisik kelas mempengaruhi semangat belajar mereka. Kondisi fisik yang tidak kondusif ini, harus diimbangi dengan strategi mengajar dan manajemen kelas yang baik dari guru.  
Guru yang mengajar di siang hari harus mampu berinovasi dan berkreativitas agar materi pelajaran yang disajikan tidak membosankan dan siswa merasa nyaman dalam belajar, salah satunya menurut istilah penulis adalah melakukan rekayasa psikologis atau secara teori memberi sugesti positif.
Rekayasa psikologis misalnya memanfaatkan musik dalam pembelajaran, menurut beberapa literatur yang penulis baca baik penelitian maupun artikel ternyata musik dengan syarat tertentu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, tetapai penulis sedikit menemukan pemanfaatan musik dalam proses pembelajaran IPA, oleh karena itu penulis tertarik untuk memberi gagasan baru yaitu bagaimana menerapkan musik dalam pembelajaran IPA khususnya pada jam-jam terakhir pembelajaran/ siang hari. Diharapkan dengan penerapan sugesti ini, akan menjadi salah satu solusi segala permasalahan baik secara fisiologis maupun psikologis mengajar disiang hari.
Dalam teori, jenis musik yang dapat digunakan dalam membantu proses pembelajaran adalah musik klasik, oleh karena itu penulis memberikan instrumen musik klasik dalam pembelajaran IPA.  Penggunaan musik yang bisa diterapkan dalam pembelajaran IPA misalnya:
1.   Musik digunakan sebagai pembukaan sehingga pada waktu yang sesuai akan sangat membantu mempengaruhi perhatian siswa di awal proses pembelajaran.
2.   Musik digunakan sebagai pembatas waktu, contohnya jika guru memberikan tugas kepada siswa, maka guru dapat membatasi waktu untuk mengerjakan tugas sampai selesai musik tersebut.
3. Menggunakan musik disaat presentasi, musik dapat digunakan sebagai latar belakang pembacaan cerita, menampilkan bacaan dramatis, demontrasi atau presentasi dengan slide power point.
4.    Musik digunakan untuk membantu diskusi, saat melakukan diskusi mainkan musik sebagai latar belakang. Peran musik disini adalah untuk menciptakan atmosfir yang mendukung proses diskusi. serta musik digunakan untuk membangkitkan semangat dan energi, saat suasana kelas agak menurun, siswa sudah mulai mengantuk, bosan atau letih mainkan musik dengan tempo yang tinggi sambil melakukan gerak badan atau brain gym.
5.  Musik untuk penutup, jika ada musik pembukaan maka harus ada musik penutup. Musik ini dimainkan saat siswa telah selesai belajar dan bersiap untuk pulang sehingga pada saat pulang siswa dapat pulang dengan senang dan gembira.

Jadi dengan menggunakan musik, pembelajar bisa lebih membangkitkan motivasi untuk belajar IPA disiang hari. Hal ini membuat pembelajar bisa lebih bergairah mengikuti pembelajaran dan tetap dalam keadaan nyaman. Sehingga pembelajar bisa mengerahkan semua pikirannya untuk belajar. Bila dalam proses belajar mengajar, pembelajar kesulitan untuk berkonsentrasi karena aktifitas otak kiri (intelektual), maka dengan memutar musik dapat membuat otak kanan (emosional) dan kiri seimbang sehingga pembelajar bisa tetap berkonsentrasi dalam menghadapi materi pelajaran IPA tersebut.
Dengan memasukkan unsur musik dalam proses belajar mengajar IPA akan meningkatkan kemampuan belajar seseorang dalam bidang sains sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Lozanov.
Selain itu musik juga sangat bermanfaat untuk menciptakan suasana rileks namun waspada dalam proses belajar mengajar. Pembelajar tidak memiliki perasaan tertekan dalam dirinya, sehingga mereka belajar dengan hati tenang dan senang. Namun, bukan berarti mereka terlena dengan iringan musik, tetapi tetap mengikuti pembelajaran dengan baik.
Musik terbukti dapat membangkitkan semangat, terkadang dalam proses belajar mengajar timbul perasaan jenuh pada diri pembelajar apalagi jika belajar di jam-jam terakhir pembelajaran/ siang hari, maka dengan mendengarkan musik yang cocok bisa membangkitkan semangat. Hal ini dapat menimbulkan kembali semangat pembelajar yang telah hilang.

KESIMPULAN

Pemanfaatan musik dalam pembelajaran IPA disiang hari menjadikan proses pembelajaran menjadi menyenangkan, tidak membosankan dan membangkitkan motivasi untuk belajar. Musik dapat menyeimbangkan kecerdasan intelektual dan emosional sehingga akan memberikan hasil yang baik bagi siswa.  Selain itu musik juga mempengaruhi kondisi fisiologis dan psikologis. Kondisi fisiologis dan psikologis yang rileks akan membangkitkan semangat siswa dalam mengikuti proses belajar. Relaksasi yang diiringi dengan musik membuat pikiran selalu siap dan mampu untuk lebih berkonsentrasi dalam menerima pelajaran. Musik yang paling membantu dalam proses belajar adalah musik klasik. Salah satunya adalah musik barok yang  menggunakan ketukan-ketukan yang khas dan pola-pola yang secara otomatis menyinkronkan tubuh dan pikiran siswa. Selain itu musik klasik mampu menyeimbangkan antara otak kanan dengan otak kiri atau biasa disebut dengan kecerdasan intelektual dengan emosional siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Balitbang Departemen Pendidikan Nasional. Pusat Kurikulum. 2012. Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta: Depdiknas.
Deporter, Bobbi., Mike Hernacki. 2009. Quantum Learning. Bandung: Kaifa.
Gunawan, Adi W. 2004. Born to Be a Genius. Jakarta: Gramedia.
Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Sudarman., Masnun M. 2010. “Pengaruh Penggunaan Media Musik Terhadap Minat Belajar Siswa pada Bidang Studi Matematika”. EduMa. 2 (2), 107-113.
Witri, Y. 2011. Pemanfaatan Musik dalam Proses Belajar Mengajar. http://witriyuliyani.blogspot.com/2011/06/pemanfaatan-musik-dalam-proses-belajar.html.

0 komentar:

Posting Komentar